بسم الله الرحمن الرحيم
Hakikat Sabar
Sabar
adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang
hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan,
dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.
~ Ibnul Qayyim
rahimahullah mengatakan, “Kedudukan Sabar dalam Iman laksana Kepala bagi
seluruh tubuh. Apabila Kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi
kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id, hal. 95)
Pengertian Sabar
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah
meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada ALLAH, menahannya dari
perbuatan maksiat kepada ALLAH, serta menjaganya dari perasaan dan
sikap marah dalam menghadapi takdir ALLAH….” (Syarh Tsalatsatul Ushul,
hal. 24)
Macam-Macam Sabar
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:
1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada ALLAH
2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan ALLAH
3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir ALLAH yang dialaminya,
berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar
kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain (Syarh
Tsalatsatul Ushul, hal. 24)
4.
Sebab Meraih Kemuliaan
Di
dalam Taisir Lathifil Mannaan Syaikh As Sa’di rahimahullah menyebutkan
sebab-sebab untuk menggapai berbagai cita-cita yang tinggi. Beliau
menyebutkan bahwa sebab terbesar untuk bisa meraih itu semua adalah iman
dan amal shalih.
Di samping itu, ada sebab-sebab lain yang merupakan bagian dari kedua perkara ini.
Di
antaranya adalah kesabaran. Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan
berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana
diisyaratkan oleh firman ALLAH ta’ala, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah [2]: 45).
Yaitu
mintalah pertolongan kepada ALLAH dengan bekal sabar dan shalat dalam
menangani semua urusan kalian. Begitu pula sabar menjadi sebab hamba
bisa meraih kenikmatan abadi yaitu surga.
ALLAH ta’ala berfirman kepada penduduk surga, “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.” (QS. Ar Ra’d [13] : 24).
ALLAH
juga berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan
kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.”
(QS. Al Furqaan [25] : 75).
Selain itu ALLAH pun menjadikan sabar
dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu
kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman ALLAH ta’ala, “Dan
Kami menjadikan di antara mereka (Bani Isra’il) para pemimpin yang
memberikan petunjuk dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan
meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah [32]: 24) (Lihat Taisir
Lathifil Mannaan, hal. 375)
Sabar Dalam Ketaatan Sabar Dalam Menuntut Ilmu
Syaikh
Nu’man mengatakan, “Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh
seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk
menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah
airnya. Sehingga dia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara
menghadiri pengajian-pengajian , mencatat dan memperhatikan penjelasan
serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya".
Semoga
ALLAH merahmati Yahya bin Abi Katsir yang pernah mengatakan, “Ilmu itu
tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana
tercantum dalam shahih Imam Muslim. Terkadang seseorang harus menerima
gangguan dari orang-orang yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang
hubungannya jauh darinya, hanya karena kegiatannya menuntut ilmu. Tidak
ada yang bisa bertahan kecuali orang-orang yang mendapatkan anugerah
ketegaran dari ALLAH.” (Taisirul wushul, hal. 12-13)
Sabar Dalam Mengamalkan Ilmu
Syaikh
Nu’man mengatakan, “Dan orang yang ingin beramal dengan ilmunya juga
harus bersabar dalam menghadapi gangguan yang ada di hadapannya. Apabila
dia melaksanakan ibadah kepada ALLAH menuruti syari’at yang diajarkan
Rasulullah niscaya akan ada ahlul bida’ wal ahwaa’ yang menghalangi di
hadapannya, demikian pula orang-orang bodoh yang tidak kenal agama
kecuali ajaran warisan nenek moyang mereka.
Sehingga gangguan
berupa ucapan harus diterimanya, dan terkadang berbentuk gangguan fisik,
bahkan terkadang dengan kedua-keduanya. Dan kita sekarang ini berada di
zaman di mana orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti orang
yang sedang menggenggam bara api, maka cukuplah ALLAH sebagai penolong
bagi kita, Dialah sebaik-baik penolong” (Taisirul wushul, hal. 13)
Sabar Dalam Berdakwah
Syaikh
Nu’man mengatakan, “Begitu pula orang yang berdakwah mengajak kepada
agama ALLAH harus bersabar menghadapi gangguan yang timbul karena sebab
dakwahnya, karena di saat itu dia tengah menempati posisi sebagaimana
para Rasul.
Waraqah bin Naufal mengatakan kepada Nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah ada seorang pun yang datang
dengan membawa ajaran sebagaimana yang kamu bawa melainkan pasti akan
disakiti orang.”
Sehingga jika dia mengajak kepada tauhid
didapatinya para da’i pengajak kesyirikan tegak di hadapannya, begitu
pula para pengikut dan orang-orang yang mengenyangkan perut mereka
dengan cara itu. Sedangkan apabila dia mengajak kepada ajaran As Sunnah
maka akan ditemuinya para pembela bid’ah dan hawa nafsu. Begitu pula
jika dia memerangi kemaksiatan dan berbagai kemungkaran niscaya akan
ditemuinya para pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta
orang-orang yang turut bergabung dengan kelompok mereka.
Mereka
semua akan berusaha menghalang-halangi dakwahnya karena dia telah
menghalangi mereka dari kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan yang selama
ini mereka tekuni.” (Taisirul wushul, hal. 13-14)
Sabar dan Kemenangan
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “ALLAH ta’ala
berfirman kepada Nabi-Nya, “Dan sungguh telah didustakan para Rasul
sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap
mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan Kami.” (QS.
Al An’aam [6]: 34).
Semakin besar gangguan yang diterima niscaya
semakin dekat pula datangnya kemenangan. Dan bukanlah pertolongan/
kemenangan itu terbatas hanya pada saat seseorang (da’i) masih hidup
saja sehingga dia bisa menyaksikan buah dakwahnya terwujud. Akan tetapi
yang dimaksud pertolongan itu terkadang muncul di saat sesudah
kematiannya. Yaitu ketika ALLAH menundukkan hati-hati umat manusia
sehingga menerima dakwahnya serta berpegang teguh dengannya.
Sesungguhnya hal itu termasuk pertolongan yang didapatkan oleh da’i ini
meskipun dia sudah mati.
Maka wajib bagi para da’i untuk bersabar
dalam melancarkan dakwahnya dan tetap konsisten dalam menjalankannya.
Hendaknya dia bersabar dalam menjalani agama ALLAH yang sedang
didakwahkannya dan juga hendaknya dia bersabar dalam menghadapi
rintangan dan gangguan yang menghalangi dakwahnya. Lihatlah para Rasul
shalawatullaahi wa salaamuhu ‘alaihim. Mereka juga disakiti dengan
ucapan dan perbuatan sekaligus.
ALLAH ta’ala berfirman yang
artinya, “Demikianlah, tidaklah ada seorang Rasul pun yang datang
sebelum mereka melainkan mereka (kaumnya) mengatakan, ‘Dia adalah tukang
sihir atau orang gila’.” (QS. Adz Dzariyaat [51]: 52).
Begitu
juga ALLAH ‘azza wa jalla berfirman, “Dan demikianlah Kami menjadikan
bagi setiap Nabi ada musuh yang berasal dari kalangan orang-orang
pendosa.” (QS. Al Furqaan [25]: 31). Namun, hendaknya para da’i tabah
dan bersabar dalam menghadapi itu semua…” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal.
24)
Sabar di atas Islam
Ingatlah
bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang tetap berpegang
teguh dengan Islam meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar
oleh majikannya di atas padang pasir yang panas (Lihat Tegar di Jalan
Kebenaran, hal. 122).
Ingatlah bagaimana siksaan tidak
berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya.
Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati
sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan ALLAH. (Lihat Tegar di
Jalan Kebenaran, hal. 122-123)
Lihatlah keteguhan Sa’ad bin Abi
Waqqash radhiyallahu ‘anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk meninggalkan
Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak
mau mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas Sa’ad bin Abi
Waqqash mengatakan, “Wahai Ibu, demi ALLAH, andaikata ibu memiliki
seratus nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun ananda tidak akan
meninggalkan agama ini…” (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 133)
Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan kokoh
menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan.
Saudaraku,
ketahuilah sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik
yang berupa kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara yang
tercinta, kehilangan tempat tinggal atau kekurangan bahan makanan, itu
semua jauh lebih ringan daripada cobaan yang dialami oleh salafush
shalih dan para ulama pembela dakwah tauhid di masa silam.
Mereka
disakiti, diperangi, didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada
juga yang dikucilkan. Ada yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada
juga yang sampai meninggal di dalam penjara, namun sama sekali itu semua
tidaklah menggoyahkan pilar keimanan mereka.
Ingatlah firman
ALLAH ta’ala yang artinya, “Dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan sebagai seorang muslim.” (QS. Ali ‘Imran [3] :
102).
Ingatlah juga janji ALLAH yang artinya, “Barang siapa yang
bertakwa kepada ALLAH niscaya akan ALLAH berikan jalan keluar dan ALLAH
akan berikan rezeki kepadanya dari jalan yang tidak disangka-sangka.”
(QS. Ath Thalaq [65] : 2-3).
Disebutkan dalam sebuah riwayat
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah,
sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama
kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada
kemudahan.” (HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya [636] (Lihat Durrah
Salafiyah, hal. 148) dan Al Haakim dalam Mustadrak ‘ala Shahihain,
III/624). (Syarh Arba’in Ibnu ‘Utsaimin, hal. 200)
Sabar Menjauhi Maksiat
Syaikh
Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, “Bersabar menahan
diri dari kemaksiatan kepada ALLAH, sehingga dia berusaha menjauhi
kemaksiatan, karena bahaya dunia, alam kubur dan akhirat siap menimpanya
apabila dia melakukannya.
~ Dan tidaklah umat-umat terdahulu
binasa kecuali karena disebabkan kemaksiatan mereka, sebagaimana hal itu
dikabarkan oleh Allah ‘azza wa jalla di dalam muhkam al-Qur’an.
Di
antara mereka ada yang ditenggelamkan oleh ALLAH ke dalam lautan, ada
pula yang binasa karena disambar petir, ada pula yang dimusnahkan dengan
suara yang mengguntur, dan ada juga di antara mereka yang dibenamkan
oleh ALLAH ke dalam perut bumi, dan ada juga di antara mereka yang di
rubah bentuk fisiknya (dikutuk).”
Pentahqiq kitab tersebut
memberikan catatan, “Syaikh memberikan isyarat terhadap sebuah ayat,
“Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya, Maka di
antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di
antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di
antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka
ada yang kami tenggelamkan, dan ALLAH sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri.” (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 40).
“Bukankah itu semua
terjadi hanya karena satu sebab saja yaitu maksiat kepada ALLAH
tabaaraka wa ta’ala. Karena hak ALLAH adalah untuk ditaati tidak boleh
didurhakai, maka kemaksiatan kepada ALLAH merupakan kejahatan yang
sangat mungkar yang akan menimbulkan kemurkaan, kemarahan serta
mengakibatkan turunnya siksa-Nya yang sangat pedih. Jadi, salah satu
macam kesabaran adalah bersabar untuk menahan diri dari perbuatan
maksiat kepada ALLAH. Janganlah mendekatinya.
Dan apabila
seseorang sudah terlanjur terjatuh di dalamnya hendaklah dia segera
bertaubat kepada ALLAH dengan taubat yang sebenar-benarnya, meminta
ampunan dan menyesalinya di hadapan ALLAH. Dan hendaknya dia mengikuti
kejelekan-kejelekan nya dengan berbuat kebaikan-kebaikan. Sebagaimana
difirmankan ALLAH ‘azza wa jalla, “Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan
menghapuskan kejelekan-kejelekan .” (QS. Huud [11] : 114).
Dan
juga sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan
menghapuskannya.” (HR. Ahmad, dll, dihasankan Al Albani dalam Misykatul
Mashaabih 5043)…” (Thariqul wushul, hal. 15-17)
Sabar Menerima Takdir
Syaikh
Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, “Macam ketiga dari
macam-macam kesabaran adalah Bersabar dalam menghadapi takdir dan
keputusan ALLAH serta hukum-Nya yang terjadi pada hamba-hamba- Nya.
Karena tidak ada satu gerakan pun di alam raya ini, begitu pula tidak
ada suatu kejadian atau urusan melainkan ALLAH lah yang mentakdirkannya.
Maka bersabar itu harus. Bersabar menghadapi berbagai musibah yang
menimpa diri, baik yang terkait dengan nyawa, anak, harta dan lain
sebagainya yang merupakan takdir yang berjalan menurut ketentuan ALLAH
di alam semesta…” (Thariqul wushul, hal. 15-17)
Sabar dan Tauhid
Syaikh
Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu
ta’ala membuat sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul,
“Bab Minal iman billah, ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab Bersabar dalam
menghadapi takdir ALLAH termasuk cabang keimanan kepada ALLAH)
Syaikh
Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullahu ta’ala mengatakan
dalam penjelasannya tentang bab yang sangat berfaedah ini, “Sabar
tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia
termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati
relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan.
Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa
kesabaran.
Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari’at
(untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syari’at (untuk tidak
mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah
yang ditimpakan ALLAH kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar
ketika menghadapinya.
Hakikat penghambaan adalah tunduk
melaksanakan perintah syari’at serta menjauhi larangan syari’at dan
bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu
ujian oleh ALLAH jalla wa ‘ala untuk menempa hamba-hamba- Nya. Dengan
demikian ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana
keputusan takdir.
Adapun ujian dengan dibebani ajaran-ajaran
agama adalah sebagaimana tercermin dalam firman ALLAH jalla wa ‘ala
kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits
qudsi riwayat Muslim dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda “ALLAH ta’ala berfirman:
‘Sesungguhnya AKU mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan AKU
menguji (manusia) dengan dirimu’.”
Maka hakikat pengutusan Nabi
‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya
ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada
dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan
larangan.
Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja
dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan
dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir
kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh
sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi
tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat
dan sabar tatkala menerima takdir ALLAH yang terasa menyakitkan.”
Karena
amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa
musibah maka Syaikh pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga ALLAH
merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam rangka menjelaskan
bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar
termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun
bersabar menanggung ketentuan takdir ALLAH.
Ungkapan rasa marah
dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang
tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan
alasan itulah beliau membuat bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar
adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa
menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa
bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan
hukumnya juga wajib.
Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang
Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si polan dibunuh dalam
keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan atau sedang
diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan
demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar’i.
Ia
disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan
untuk tidak berkeluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah dan
menahan anggota badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam bentuk
menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut
istilah syari’at sabar artinya: Menahan lisan dari mengeluh, menahan
hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan
dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain semacamnya.
Imam
Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam al-Qur’an kata sabar disebutkan
dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan
kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam
menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta
tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia
kehilangan banyak sekali bagian keimanan”
Perkataan beliau “Bab
Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: salah satu ciri
karakteristik iman kepada ALLAH adalah bersabar tatkala menghadapi
takdir-takdir ALLAH. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana
kekufuran juga bercabang-cabang.
Maka dengan perkataan “Minal
imaan ash shabru” beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk
salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa
niyaahah (meratapi mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran.
Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang
keimanan. Meratapi mayit adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus
dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir
Allah yang terasa menyakitkan” (At Tamhiid, hal.389-391)
UNTUK
TEMAN-TEMAN BLOGGERS YG MELAWAT BLOG INI, TINGGALKANLAH SEPATAH DUA
KOMEN UNTUK DIJADIKAN PERINGATAN AGAR AKU X TERLUPA UNTUK MELAWAT BLOG
KALIAN KEMBALI.. INSYA ALLAH.. ASTAGHFIRULLAH AL-AZHIM..ASTAGHFIRULLAH
AL-AZHIM..ASTAGHFIRULLAH AL-AZHIM..
PPIM
- United State Of Islam
- Klang, Selangor, Malaysia
- Assalamualaikum.. bismillahirahmanirahim. " Segala bahan didalam blog ini di ambil, di olah dan ditulis dari pelbagai sumber. Kepada yang ingin mengambil apa2 jua bahan dalam blog ini dengan niat untuk mengembang sebarkan ilmu, tidak perlu meminta izin atau menyertakan alamat blog ini. Sebarkan dan panjangkanlah kepada semua demi kebaikkan ummah. Semoga info yang ada dapat memberi manfaat walaupun sedikit cuma, dan semoga dengan usaha sekecil ini pastinya tidak akan terlepas dari pandangan Allah.. insyaAllah.. Jika ada kesilapan dari setiap posting, tolong berikan nasihat dan komen. Maaf andai terlancar bahasa tersasar kata-kata. Saya hanya insan biasa yang tidak sunyi dari kesilapan. wallahualam."Blog Created By AZHHAR/JEHA
CLICK BELOW TO SEARCH INFO N ILMU
-
▼
2011
(146)
-
▼
December
(29)
- BERTUDUNG TAPI HANYA HIPOKRIT?
- SIAPA YANG BERANI MENGAKU INI PEMIMPIN MEREKA?...
- 40 BUTA KERANA MEROBOHKAN MASJID
- 42 HADITH PERISTIWA AKHIR ZAMAN (bah akhir)
- 42 HADITH PERISTIWA AKHIR ZAMAN (bah 13)
- SIAPA AWEK CUN INI?
- KUBUR PALING BANYAK DI DUNIA
- ROMPAKAN BERSENJATA: SUSPEK TELAH DITANGKAP POLIS ?
- KALAU TAK HABIS BACA BERMAKNA KURANG SABAR LA TU...
- 24 JAM BERGELUMANG DENGAN DOSA..kalau suami tiada ...
- FITNAH AKHIR ZAMAN
- Buat Rakan Rakan Blogger ku..Links to this post
- KEWUJUDAN JIN, IBLIS DAN SYITAN
- KUBUR ISLAM KE KRISTIAN NI ?
- MANA LEBIH BAIK, KUDA ATAU LEMBU ?
- MENCEGAH ZINA AMANAT UMMAH HINDARI KEMUNGKARAN
- BILA SI BODOH NAK MASUK POLITIK
- DITANGKAP GARA-GARA GIAN RABA PAYU tak DARA
- AMANAH DAN TANGGUNGJAWAB PEMIMPIN
- PENGORBANAN SEORANG IBU
- MUALLAF
- ' MAK JAN ' JAJA TUBUH MONTOK
- SUNNAH YANG DIABAIKAN : PENGHULU ISTIGHFAR
- AKHIRNYA JUDI HALAL DISISI ISLAM UMNO
- JUDI DARI SUDUT PELBAGAI AGAMA
- GEJALA SOSIAL, TANGGUNGJAWAB SIAPA ?
- AZAM MENDIDIK ANAK
- PANDUAN MEMULAKAN SOLAT SETELAH LAMA MENINGGALKANNYA
- Benarkah Najib Pemimpin Sederhana?
-
▼
December
(29)
No comments:
Post a Comment